Polan : Ucok, suntuk kali mukamu!
Ucok : Bah! Cemana enggak suntuk.
Semalam di Pasar Delapan keretaku hilang.
Polan : Nasib kau lah.
APA yang kita pahami dari dialog di atas? Benarkah Ucok memiliki sebuah kereta? Apakah kereta itu hilang di sebuah pasar bernama ‘delapan’?
Inilah sebuah adegan percakapan yang sering kita jumpai di Kota Medan. Bila kita bukan orang Medan, bisa-bisa kita salah memahami perkataan Ucok. Tafsiran secara bahasa Indonesia yang baik dan benar akan mengartikan bahwa Ucok punya sebuah kereta (api) yang hilang di sebuah pusat perbelanjaan tradisional bernama delapan, tadi malam.
Namun, dalam tutur bahasa Medan, bukan itu yang dimaksud Ucok. Bila kita mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) percakapan di atas akan menjadi ambigu karena kata yang sama diartikan secara berbeda dalam tutur orang Medan.